Sabtu, 06 Oktober 2012

Guyon Gus Dur Redamkan Konflik Bangsa

JAKARTA - Guyonan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mungkin kerap kali membuat suasana serius seketika mencair. Jika membicarakan problem bangsa yang kalau dipikir-pikir sangat kompleks, maka di mulut Gus Dur, hal itu mampu teramu seolah ringan dan bukan sesuatu yang berat.
Kebiasaan Gus Dur bergurau itulah yang menjadi memori tak terlupakan Presiden RI ke-4 tersebut. Melalui guyonannya juga, Gus Dur mampu menciptakan suasana politik yang tidak tegang dan mampu melekatkan berbagai kalangan yang sebelumnya terpisah akhirnya bersatu dalam pluralisme.
"Bagi saya, Gus Dur adalah ahli tukar pikiran. Dia beri semangat kepada orang yang berbeda-beda untuk lakukan tukar pikiran. Nah, di dalam tukar pikiran itu, politikah atau isinya hanya sekadar humor-humor?" canda pakar filsafat politik dari UI, Rocky Gerung, Kamis (30/12/2010), dalam acara Seminar Haul ke-1 Gus Dur dengan tema "Menapak Jejak Guru Bangsa" di Masjid Jami Al-Munawaroh, Ciganjur, Jakarta.
Namun, dia melihat politik memang kadang perlu disampaikan secara humoris. Pasalnya, humor menjadi salah satu senjata ampuh untuk masuk ke ranah politik.
"Hanya orang dengan intelektualitas luar biasa yang bisa menggabungkan humor dengan segi politik yang dikritisi. Gus Dur melakukan itu," ucap Rocky.
Dengan sikap santai Gus Dur inilah, banyak persoalan politik tidak menjadi tegang. Namun dengan bersikap santai, Gus Dur bukan berarti mudah mengalah. Kerap kali kebijakan-kebijakan Gus Dur dianggap "nyentrik". Salah satunya adalah wacana pembubaran Departemen Agama yang akhirnya tak jadi dilaksanakan.
Sikap pluralis Gus Dur pun yang membuatnya dengan mudah bergaul dengan kelompok agama lain, seperti Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, hingga Konghucu meski dia berlatar belakang santri.
"Saya rasa Gus Dur tidak hanya berlebih pada kesalehan, tapi dia punya banyak pemikiran yang bisa ditransmisikan oleh berbagai macam orang," tutur Rocky. Selain itu, sikap Gus Dur tersebut semakin meneguhkan dirinya sebagai seorang intelektual yang berani berduel dengan pemikirannya.
"Kita punya lingkungan intelektual, tapi orang yang mau duel dengan pemikiran itu sangat sedikit. Lebih banyak yang tukar tambah saja dengan kekuasaan atau rekening bank," ungkap Rocky. "Pada diri Gus Dur, kita bisa lihat seorang luar biasa yang berusaha menjadi biasa," ujarnya.
Sumber: Kompas.com | Kamis, 30 Desember 2010 | 14:01 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar